Pertama Sejak 2008, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Basis Poin

Liputan6.com, Jakarta Bank Sentra Amerika Serika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global pada 2008. Penurunan suku bunga ini dilakukan di tengah peningkatan kekhawatiran atas ketegangan perdagangan, ekonomi global yang melambat, dan tekanan inflasi yang diredam.

Dikutip dari Antara, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan penetapan suku bunga The Fed, memangkas target untuk suku bunga acuan federal fund (FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 2,00 persen hingga 2,25 persen setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari. Ini sejalan dengan harapan pasar.

"Sepanjang tahun ini, pertumbuhan global yang lemah, ketidakpastian kebijakan perdagangan, dan inflasi yang diredam telah mendorong FOMC untuk menyesuaikan penilaiannya terhadap jalur suku bunga yang tepat," kata Ketua Fed Jerome Powell pada konferensi pers, Rabu sore.

Meskipun pertumbuhan lapangan pekerjaan kuat dan pengeluaran konsumen kuat, Kepala Bank Sentral menunjukkan bahwa output manufaktur telah menurun selama dua kuartal berturut-turut, investasi tetap bisnis turun pada kuartal kedua, dan pengurangan inflasi domestik terus berlanjut.

"Komite bergerak dari memperkirakan kenaikan suku bunga tahun ini ke sikap bersabar tentang perubahan apa pun dan kemudian ke tindakan hari ini," lanjut Powell.

"Ini terutama tentang manajemen risiko dan kalibrasi ulang sebagai tanggapan terhadap meningkatnya risiko yang terkait dengan pertumbuhan global dan ketegangan perdagangan," ungkap Tim Duy, profesor di Universitas Oregon dan pakar Fed, menulis dalam sebuah opini Bloomberg awal pekan ini.

Joseph Gagnon, rekan senior di Peterson Institute for International Economics, mengatakan kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa dia berpikir The Fed menyesali dua kenaikan terakhir tahun lalu dan agak ingin mengejarnya kembali. Dia menambahkan bahwa mungkin ada pemotongan lagi sebelum akhir tahun.

Menyebutnya 'penyesuaian pertengahan siklus' untuk kebijakan moneter bank sentral, Powell mengatakan penurunan suku bunga adalah 'bukan awal dari serangkaian panjang penurunan suku bunga'.

The Fed menyetujui empat kenaikan suku bunga pada 2018, melanjutkan langkah menuju normalisasi kebijakan yang dimulai pada 2015, setelah mempertahankan suku bunga mendekati nol selama tujuh tahun. Sejak awal tahun ini, bank sentral telah membiarkan suku bunga tidak berubah.

 

Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed Bawa Rupiah Menguat

Ilustrasi dana BLT

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu kemarin. Hari ini rupiah akan bergerak menguat di kisaran 14.012 per dolar AS sampai 14.028 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (31/7/2019), rupiah dibuka di angka 14.020 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.027 per dolar AS. Pada siang ini, rupiah terus menguat ke level 14.014 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.012 per dolar AS hingga 14.014 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,61 persen.   

Ekonom Samuel Aset Manajamen Lana Soelistianingsih mengatakan, dari sisi eksternal, menguatan rupiah didorong oleh sinyal penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed). 

"Terbantu sentimen The Fed yang mau menurunkan bunga," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (31/7/2019).

Lana juga optimis rupiah akan bergerak menguat sepanjang hari ini. Rupiah diprediksi akan bergerak pada kisaran Rp 13.980 per dolar AS sampai Rp 14.000 per dolar AS.

"Saya kira bisa (menguat) sepanjang hari. Lebih banyak karena sentimen eksternal," tandas dia.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.026 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.034 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:



from Liputan6 RSS https://ift.tt/2ZqF4G6

Comments